Sukses

MU Kurang Piawai Membalikkan Ketinggalan

Misi sulit di depan Manchester United. Pemain bergelimang gelar, Ryan Giggs, tahu betul MU tidak cukup mahir membalikkan keadaan setelah tertinggal di leg pertama.

Liputan6.com, Manchester: Manchester United memburu tempat di final Liga Champions untuk ketiga kalinya berturut-turut. Catatan rekor yang masih harus dibuktikan di atas lapangan. Bertempat di Old Trafford, Rabu (7/4) atau Kamis dini hari WIB, MU wajib melewati Bayern Muenchen dalam leg kedua babak perempat final.

Secara agregat MU tertinggal 1-2 dari hasil pertemuan di Allianz Arena, Munich. Itu artinya skuad asuhan Sir Alex Ferguson membutuhkan kemenangan 1-0 atau defisit dua gol agar bisa melangkah ke semifinal, berjumpa dengan pemenang partai derby Prancis, Olympique Lyonnais versus Girondins de Bordeaux.

Dilihat dari jejak rekam bermain di kandang, MU sepertinya mampu membalas kekalahan. Tapi tidak akan mudah. Beberapa faktor bisa dijadikan tolok ukur. Situasi dalam tim sedang kurang baik, setelah menderita kekalahan dari Chelsea pada partai krusial dalam perburuan titel Liga Premier, Sabtu (3/4) lalu. Apalagi kekalahan itu terjadi di kandang sendiri, Theatre of Dreams.

Ketika itu permainan MU tumpul. Serangan kehilangan greget tanpa hadirnya Wayne Rooney—pencetak gol terbanyak MU musim ini dengan koleksi 34 gol. Ferguson menyatakan terdapat kemungkinan Rooney bisa bermain kontra Muenchen. Pernyataan sensasional karena pekan lalu manajer gaek itu menyatakan akibat cedera engkel, Rooney mesti beristirahat minimal dua minggu.

Faktor lain, dari data petualangan di fase knock-out sejak era Liga Champions bergulir mulai musim 1992-93, MU tidak punya catatan baik dalam urusan membalikkan ketertinggalan. Empat kali sudah MU disingkirkan lawannya yang memegang keunggulan di leg pertama, baik bermain di kandang atau tandang terlebih dahulu.

Pada  musim 1996-97, MU kalah agregat 2-0 dari Borussia Dortmund setelah tertinggal 0-1 di laga perdana babak semifinal. Empat tahun berselang atau musim 2000-01, Muenchen dua kali menghantam MU dengan skor agregat 3-1 di perempat final.

Pada 2002-03, MU tidak mampu membalikkan keadaan ketika berjumpa Real Madrid di perempat final. Meski menang 4-3 pada leg kedua di Old Trafford, namun MU tetap tersingkir karena lebih dulu kalah 1-3 di Santiago Bernabeu. Pada 2003-04, The Red Devils disingkirkan FC Porto di babak 16 besar dengan agregat 2-3. Kekalahan yang akhirnya membawa Porto juara itu terjadi menyusul kekalahan 1-2 pada leg pertama di bumi Portugal.

Tapi catatan itu hanya sekadar data dan sejarah. Ryan Giggs, pemain MU dengan koleksi gelar terbanyak, hakul yakin timnya mampu memaksimalkan tuah Old Trafford. “Kredit pantas diberikan ke Bayern Muenchen yang memojokkan kami. Tapi saya yakin kami mampu bermain lebih baik di markas sendiri,” terang Giggs.(DIM)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini