Sukses

"Brasil Bisa Tersingkir Lebih Awal"

Mantan kapten Timnas Brasil di pergelaran PD 1982, Socrates, mengaku cemas jika di PD 2010 skuad asuhan Carlos Dunga bakal tersingkir lebih awal atau gagal meloloskan diri dari babak penyisihan grup.

Liputan6.com, Johannesburg: Mantan kapten Timnas Brasil di pergelaran putaran final Piala Dunia (PD) 1982 yang berlangsung di Spanyol, Socrates mengaku cemas jika di PD 2010 Tim Samba yang diarsiteki mantan kaptennya di PD 1994, Carlos Dunga, bakal tersingkir lebih awal atau gagal meloloskan diri dari babak penyisihan grup. Seperti diketahui, sesuai hasil drawing 4 Desember 2009, Brasil tergabung dalam “grup neraka” yaitu Grup G bersama-sama Portugal, Pantai Gading, dan Kore3a Utara.

Mantan playmaker bernama lengkap Socrates Brasileiro Sampaio de Souza Vieira de Oliveira itu mengaku lebih memfavoritkan Argentina, Inggris, Belanda, dan Spanyol. “Saya sangat cemas jika mereka bakal kesulitan meloloskan diri dari fase pertama,” ujarnya yang kehilangan ban kapten saat memperkuat Tim Samba di PD 1986 yang berlangsung di Meksiko.

Membicarakan Socrates, publik tentunya masih ingat dengan permainan indah Selecao yang ditampilkan Socrates dkk di dua PD tersebut. Sayangnya, dalam dua kesempatan tersebut, Brasil tersingkir di babak perempat final. Di Spanyol, Socrates dkk harus mengakui keunggulan Italia dengan Paolo Rossinya, sementara di Meksiko Brasil menelan pil pahit kalah adu penalti dari Prancis.

Nah, kiwari, menurut Socrates, ciri permainan indah mulai ditinggalkan Brasil di bawah arahan Dunga seiring dengan kian pragmatisnya pola permainan yang dikembangkan tim. Hal itu dinilai Socrates sebagai “penghinaan” terhadap publik dan rakyat Brasil yang selalu mengedepankan permainan indah, menghibur, dan enak ditonton. “Sekarang ini gaya permainan Brasil menghina kultur sepakbola yang selama ini kami anut. Secara tradisi, permainan yang lebih mengedepankan faktor staying power merupakan musuh bagi kami,” tegas Socrates.

Karena itu, Socrates mengaku tak akan memuji apalagi mengangkat topi andaikata di PD 2010 di Afrika Selatan, Dunga dan pasukannya mampu meraih trofi gelar juara dunia untuk keenam kalinya. “Saya tidak senang dengan gaya dan cara permainan yang mereka mainkan,” pungkasnya.(MEG/Telegraph)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini