Sukses

Temuan Baru di Balik Pemain Argentina yang Tewas di Lapangan

Belakangan, hasil autopsi mengungkap fakta baru, kalau masalah jantung ikut mempengaruhi kematian Favre.

Liputan6.com, Entre Rios - Pemain sepak bola asal Argentina, Michael Favre, harus meregang nyawa setelah lutut pemain lawan menghantam wajahnya.

Favre tampil dalam kompetisi Colon Departmental League di Provinsi Entre Rios. Kontak fisik Favre dengan lawan terjadi ketika dua tim sedang berselisih, bukan saat sedang berebut bola di lapangan

Belakangan, hasil autopsi mengungkap fakta baru, kalau masalah jantung ikut mempengaruhi kematian Favre. 

Baca Juga

  • Cuma Atletico yang Mampu Singkirkan 3 Juara Liga
  • 8 Fakta Menarik Klub-klub Indonesia dari Pekan ke-4
  • Karier Van Gaal di MU dalam Angka

Menurut laporan medis dari kamar jenazah dari sebuah rumah sakit menyebutkan, Favre memiliki gangguan jantung yang sebelumnya tidak terdeteksi. Serangan jantung terjadi bersamaan dengan momen ketika benturan keras di kepala terjadi. Pemain berusia 24 tahun itu sempat dilarikan ke rumah sakit, tapi nyawanya tidak tertolong.

Karena peristiwa tersebut, dua pemain tim lawan, Fabio Larossa dan Geronimo sempat menjalani pemeriksaan di kantor polisi untuk menjalani proses investigasi. Namun, kedua orang tersebut dinyatakan tidak bersalah atas kejadian tersebut.

Sebelum Favre, pemain sepak bola asal Kamerun, Patrick Ekeng juga mengalami nasib serupa. Dia tewas di lapangan karena terkena serangan jantung awal Mei lalu. Pemain asal klub Rumania, Dinamo Bucarest itu terkapar di lapangan ketika baru 7 menit masuk sebagai pemain pengganti ketika menghadapi Viitorul.

Dari hasil autopsi, jantung Ekeng mengalami pembekakan. Bahkan, menurut pengakuan rekan korban, Ekeng sempat menolak bermain karena merasa ada yang salah pada tubuhnya, tapi dia tetap bermain.

Ekeng akhirnya mengembuskan napas terakhir. Terungkap fakta, tindakan penanganan yang lambat dan salah menjadi faktor utama kematian Ekeng.

Agen Ekeng, Hasil Anil, kepada ESPN membeberkan bahwa ambulans di stadion kala itu datang terlambat. Parahnya lagi, peralatan dan obat-obatan yang tersedia di sana ternyata sudah kedaluwarsa. "Ambulans datang terlambat. Di sana ada tiga ambulans, tidak satu pun yang dilengkapi dengan defibrillator (alat kejut jantung),” katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini