Sukses

Muhammad Ali Vs Joe Frazier: Seteru dan Sahabat Abadi

Ali dan Frazier juga memiliki kenangan indah di luar ring.

Liputan6.com, Jakarta Sepanjang kariernya, Muhammad Ali sudah menjalani pertarungan-pertarungan yang fantastis. Namun, ada satu lawan yang dianggap sebagai seteru abadinya. Ia adalah Joe Frazier yang dijuluki Smokin Joe.

Frazier adalah pria yang memulai kariernya dalam cabang tinju sejak kelas amatir. Di usia 20 tahun, ia sudah menuai prestasi mengesankan. Kala itu, ia sukses merengkuh medali emas Olimpiade 1964 di Tokyo.

Baca Juga

  • Setelah Tewasnya Luis Salom, Desain Sirkuit Catalunya Diubah
  • Sentul Sanggupi Syarat dari Pemerintah Soal MotoGP
  • Legenda Tinju Muhammad Ali Tutup Usia

Sejak namanya melejit, ia dianggap sebagai salah satu petinju yang mampu mengimbangi kehebatan Ali. Persaingan keduanya memang selalu dikenang sebagai rivalitas terhebat dalam sejarah olahraga tinju.

Total, Ali dan Frazier sudah tiga kali bertemu di atas ring. Pertemuan perdananya terhampar di Madison Square Garden, New York, 3 Agustus 1971. Dalam duel yang bertajuk The Fight of the Century itu, Ali harus menderita kekalahan perdananya.

Partai ulangan keduanya terjadi pada 28 Januari 1974 di tempat yang sama. Pada kesempatan kali ini, giliran Ali yang menunjukkan kedigdayaannya atas Frazier lewat kemenangan angka. Saat itu, Frazier memang baru saja kehilangan gelar juara dunia kelas berat WBC dan WBA akibat kekalahan dari George Foreman.

Seakan tak puas, Ali dan Frazier kembali bertemu di Manila, Filipina, 1 Oktober 1975. Pada duel bertajuk The Thrilla in Manila ini, Ali kembali tampil sebagai pemenang. Namun, kali ini ia menaklukkan Frazier lewat TKO jelang ronde ke-15.

Saat itu, Frazier harus bertarung dengan Ali hingga mendekati ajalnya. Maklum, pertarungan keduanya berjalan brutal sejak awal. Bahkan, saat itu Frazier harus kehilangan penglihatannya untuk sementara.

Ketika Eddie Futch, pelatih Frazier, ingin menghentikan pertandingan, ia justru menolaknya. Padahal, saat itu Frazier sudah berulang kali menerima pukulan keras Ali. Saking brutalnya, Ali dan Frazier harus dibawa ke rumah sakit. Akibatnya, Frazier pun dilarang bertinju selama 10 bulan.

"Ini semua berakhir. Tak ada satu pun orang akan melupakan apa yang kami lakukan di sini hari ini," ujar Futch saat itu sebelum ia memberi isyarat kepada wasit Carlos Padilla untuk mengakhiri pertarungan.

Bagi Ali, itu adalah pertarungan yang menuntut dirinya begitu dekat dengan kematian. Dalam biografinya, Ali sempat berkata, "Frazier berhenti sebelum saya. Saya pun tak berpikir bisa melawannya lagi saat itu."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Rivalitas di luar ring

Rivalitas keduanya pun tak hanya terjadi di dalam ring, tapi juga di luar. Saling bertukar komentar pedas sudah menjadi sebuah pemandangan yang biasa. Ali yang pandai melancarkan serangan verbal berulang kali menghina Frazier.

Ia sempat memanggil Frazier sebagai Gorilla hingga Paman Tom. Paman Tom adalah sebutan untuk orang kulit hitam yang tunduk kepada orang kulit putih. Frazier tak tinggal diam. Ia juga memiliki cara untuk membuat Ali geram, salah satunya adalah memanggil Ali dengan nama aslinya, yakni Cassius Clay.

Meski dikenal memiliki rivalitas yang tinggi, Ali dan Frazier justru memiliki momen-momen di mana mereka terlihat bersahabat. Saat Ali diganjar skors akibat menolak program wajib militer, Frazier yang menuntut Presiden Amerika Serikat, Richard Nixon, untuk mencabut hukuman tersebut.

Dalam sebuah acara program televisi Inggris, Frazier juga mengaku sempat membiarkan Ali menumpang di mobilnya dari Philadelphia ke New York pada Agustus 1970. "Sepanjang perjalanan, Ali tak memberikan saya kesempatan untuk berbicara. Ia terus mengoceh, 'Smokin Joe, Anda pikir Anda bisa mengalahkan saya?'.

Kisah persahabatan mereka semakin jelas terlihat saat Frazier menghembuskan napas terakhirnya pada 7 November 2011. Saat itu, Ali mengaku kehilangan salah satu teman baiknya. "Dunia kehilangan juara hebat. Saya akan selalu mengingat Frazier dengan penuh rasa hormat dan kekaguman," tutur Ali kala itu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.