Sukses

Piala Eropa 2016: Teror Menyasar Lapangan Hijau

Bek Jerman, Jerome Boateng telah memutuskan meninggalkan keluarga. Risiko

Liputan6.com, Jakarta Piala Eropa 2016 mencekam di tengah isu teror. Ancaman bukan sekadar gertakan. Sejumlah pusat keramaian di pusat kota Paris menjadi sasaran kelompok radikal di penghujung 2015 lalu.

Stadion Stade de France, salah satu stadion Piala Eropa tidak luput dari serangan teroris. Ledakan bom di luar stadion membuat gaduh laga uji coba tuan rumah Timnas Prancis melawan Jerman.

Penonton berhamburan masuk ke lapangan. Meski pertandingan bisa dilanjutkan, insiden itu menjadi alarm bahaya bagi Prancis sebagai pemangku hajat Piala Eropa musim panas ini. Aksi teror ternyata tidak hanya menyasar stadion, tetapi juga sejumlah titik keramaian di kota yang terkenal romantis ini.

Baca Juga

  • Pemain Inggris Boyong 'Maskot Arema' ke Piala Eropa 2016
  • Iniesta Rindu Dua Pensiunan Matador di Piala Eropa 2016
  • Fakta Baru, Barcelona Rugi Jutaan Euro di Transfer Pemain

 

Bukan sekadar ledekan bom, penembakan brutal dalam serangan teroris di waktu yang bersamaan membuat Prancis benar-benar 'berdarah'. Peristiwa ini merenggut 130 nyawa dan sedikitnya 350 orang mengalami luka-luka. Situasi mencekam mewarnai persiapan Prancis yang sedang bersolek menggelar pesta sepak bola terbesar di Eropa. 

Teror bom di Prancis

Belum reda insiden di Prancis, Eropa kembali berduka setelah dua bom bunuh diri mengejutkan Bandara internasional Brussels dan stasiun kereta bawah tanah di pusat kota, Maret lalu. Peristiwa ini menelan korban tewas 34 orang dan 136 lainnya terluka. Serangan terjadi beberapa hari setelah Kepolisian Prancis menangkap otak serangan teror di Paris, Salah Abdelsalam.

Rententan teror di Eropa menimbulkan trauma mendalam, tidak terkecuali para pemain yang ambil bagian dalam perhelatan ini. Bek Timnas Jerman, Jerome Boateng terang-terangan takut membawa keluarga ke Prancis karena alasan keamanan. Dia sepakat meninggalkan keluarga.

"Mereka tidak akan mengunjungi stadion. Risikonya terlalu besar," kata pemain keturunan Ghana itu sebagaimana dikutip dari Bild.

Tentara berjaga di obyek vital di Prancis

Boateng tidak menyangkal, teror yang melanda Eropa membuat fokus ke Piala Eropa terbelah. Dia merasa, keluarga tetap aman bila menonton pertandingan dari rumah."Tentu saja, sangat menyedihkan, Anda harus berpikir tentang hal-hal seperti ini. Namun di sisi lain, ada banyak hal lain yang membuat Anda harus mengubah pikiran. "

"Saya hanya ingin berpikir tentang sepak bola selama turnamen. Saya merasa lebih baik ketika keluarga saya tidak berada di stadion.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Langkah Preventif Prancis

Langkah preventif langsung dilakukan Prancis. Mereka tidak ingin gelaran 4 tahunan ini berantakan karena ulah anarkis. Ribuan personel gabungan dari semua elemen dikerahkan untuk melindungi setiap peserta dan turis yang datang.

Sebanyak 1200 tentara dari semua  elemen diterjunkan untuk mengamankan laga. "Kami akan mengundang 1200 tentara untuk membantu pihak kepolisian menjaga keamanan dan ketertiban," kata Cadot.  Prancis memperpanjang darurat militer pada April lalu sebagai langkah antisipasi ancaman teror susulan selama Piala Eropa 2016.

Penonton dievakuasi dari Stade de France

Selain Polisi, pemerintah Prancis juga mengembangkan aplikasi alarm bahaya teror berbasis on-line untuk telepon pintar. Layanan ini telah dikembangkan pemerintah sejak teror November lalu. Aplikasi ini bertujuan membantu masyarakat ketika aksi teror terjadi, termasuk meminta bantuan kepada pihak keamanan dan tim medis bila jaringan telepon rusak setelah aksi teror.

Bagi para pengguna, aplikasi ini akan memberikan notifikasi 15 menit setelah serangan teror terjadi. Termasuk detail lokasi sehingga mereka bisa menghindari daerah rawan dengan teknik geolocation. 

3 dari 3 halaman

Pengamanan Berlapis Inggris

Ancaman teror yang melanda membuat paranoid skuat Inggris. Federasi sepak bola Inggris (FA) bahkan meminta pengamanan lebih untuk The Three Lions selama mengikuti kejuaraan ini.

Inggris meminta keamanan Prancis berjaga 24 jam di markas latihan mereka di Chantilly. FA bahkan pihak keamanan memeriksa setiap pengunjung hotel tempat pemain Inggris tinggal dengan metal detector. Selama berada di Prancis, Inggris menginap di Hotel Auberge du Jeu de Paume, sebuah hotel mewah bertarif 500 pound sterling, setara Rp 9,6 juta, per malam.

Timnas Inggris di pusat latihan di Chantilly

Dilansir dari The Sun, tentara Prancis sudah berjaga -jaga di markas Timnas Inggris. Bahkan, mereka mulai berpatroli di sekitar hotel dan lapangan latihan tim di Stadion Stade des Bourgognes yang terletak 30 mil di luar Paris, Ibukota Prancis. Sehari-hari, tempat ini menjadi markas tim amatir Prancis, Union Sportive de Chantily. Klub tersebut enam liga di bawah Paris Saint Germain (PSG) yang tampil di Ligue 1 Prancis.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini